Kamis, 22 Januari 2009

Kapan Kab. Tabalong memiliki Embung ?

Adanya perubahan penggunaan lahan pada daerah tangkapan air sangat berpengaruh terhadap ketersediaan air dari suatu bendung.


Masalah ini terjadi pada beberapa Catchment Area di Propinsi Kalimantan Selatan antara lain Daerah Irigasi Jaro yang memiliki luas Daerah Aliran Sungai/Catchment Area 21 Km².


Dengan adanya rencana memaksimalkan luas fungsional pada Daerah Irigasi Jaro 825 Ha, maka diperlukan tambahan ketersediaan air. Untuk itu diperlukan tampungan air yang memadai dengan cara membuat sebuah waduk/embung di sebelah hulu Bendung Jaro atas. Selain manfaat irigasi, tambahan ketersediaan air pada waduk/embung Jaro, dapat digunakan untuk menjamin air baku untuk air minum, perikanan dan meningkatkan pariwisata, merupakan salah satu upaya pemerintah dalam menunjang harapan masyarakat khususnya di Kabupaten Tabalong.

Perencanaan Pembangunan Embung Jaro (berdasarkan kapasitas tampungan, lebih tepat disebut waduk), dimulai pada tahun 2005 dengan mengadakan investigasi awal (pra desain). Dalam tahap ini dilakukan investigasi ketersdiaan air melalui evaluasi hidroklimatologi, investigasi geologi, investigasi tata letak bendungan, investigasi sosio agro ekonomi, dll.
Investigasi lanjutan dilakukan pada tahun 2006 yaitu investigasi yang lebih detail (detail desain). Pada tahap ini telah dilakukan evaluasi yang lebih detail terhadap investigasi terdahulu serta melakukan perencanaan bangunan bendungan tersebut.

Pada tahun berikutnya dilakukan lanjutan dari investigasi terdahulu, sesuai dengan persyaratan dari Balai Keamanan Bendungan. Pada tahap ini dilakukan studi Analisa mengenai dampak lingkungan dan dilanjutkan pada tahun ini (2009) dengan mengajukan "sertifikasi desain" ke Balai Keamanan Bendungan, sebagai syarat untuk persetujuan pembangunan embung/waduk tersebut.

Selasa, 20 Januari 2009

Bendungan Tapin, Impian dan Harapan

Bendungan Tapin, pelaksanaan desainnya mulai tahun 2003, terletak di Sungai Tapin, tepatnya di Kecamatan Piani Kabupaten Tapin. Sebagai pemrakarsa pembangunan Bendungan ini adalah Balai Wilayah Sungai Kalimantan II, Direktorat Irigasi Dirjen SDA Departemen Pekerjaan Umum.

Pembangunan Bendungan Tapin ini diharapkan segera terwujud dan mulai dilaksanakan pembangunan konstruksinya pada tahun 2012 dan selesai tahun 2017 dan diperkirakan menghabiskan biaya sekitar Rp.450 Milyar, belum termasuk biaya untuk pembebasan lahan.




Dalam perencanaan bendungan pertimbangan tipe bangunan, lokasi as bangunan dan posisi serta tipe bangunan pelengkapnya perlu perencanaan, baik kajian tata letak, kondisi hidrologi, kondisi geologi, dan kajian struktur serta ketersediaan bahan bangunan. Dalam pekerjaan detail desain harus juga disajikan metodologi pelaksanaan, rencana anggaran biaya, manual O&P serta kajian lingkungan awal.

Kebutuhan bahan pangan pokok masih merupakan permasalahan nasional yang dihadapi negara kita karena mempunyai dampak strategis baik secara sosial ekonomis maupun politis. Swasembada yang pernah dicapai pada tahun 1984 ternyata tidak dapat dipertahankan dan beberapa tahun terakhir ini, sehingga keran impor terpaksa dibuka kembali dan tentunya akan menghabiskan devisa negara.

Pada sisi suplai, sumber daya lahan dan air berkurang dengan kecepatan yang cukup memprihatinkan dan selama pembangunan ini telah terjadi pengurangan lahan pertanian dikarenakan telah beralih fungsi menjadi perkebunan, perikanan, prasarana industri, pariwisata, dan lain-lain. Meningkatnya jumlah penduduk dan meningkatnya kesejahteraan menuntut semakin banyak pangan yang tersedia.

Kabupaten Tapin dengan Ibukotanya Rantau merupakan salah satu wilayah Kabupaten di Propinsi Kalimantan Selatan yang lahan pertaniannya tergolong cukup potensial. Namun sehubungan dengan belum dimanfaatkannya potensi sumber daya air dan minimnya prasarana irigasi di Kabupaten tersebut mengakibatkan lahan persawahan yang semestinya dapat ditanami dua atau tiga kali dalam satu tahun, hanya bisa ditanami pada waktu musim hujan saja. Oleh karena itu, guna menjamin tersedianya kebutuhan air untuk berbagai keperluan terutama dalam mengatasi masalah rawan air dan sebagai faktor pendukung pengembangan/pertumbuhan wilayah Kabupaten Tapin, maka disusun Rencana Pengembangan dan Pemanfaatan Sungai Tapin dengan Pembangunan Waduk Tapin di Desa Pipitak Jaya, Kecamatan Piani, Kabupaten Tapin.


Saat ini, Daerah Irigasi Tapin telah memiliki bangunan utama yang berupa bendung tetap yang terletak di Sungai Tapin yakni di sebelah hilir lokasi rencana waduk. Lokasi bendung tersebut berada di Desa Linuh, Kecamatan Bungur, Kabupaten Tapin. Sementara areal persawahan dan jaringan irigasinya tersebar di beberapa desa antara lain Desa Linuh, Kalumpang, Tampunang, Shabah, Banua Padang, harapan Masa, Tambaranang, Sawang, Timbaan dan Labuan.


Sumber air utama yang dimanfaatkan untuk Areal Irigasi Tapin adalah dari Sungai Tapin dengan luas daerah tangkapan (Catchment Area)
± 156,7 km2, dengan kemiringan lereng daerah aliran sungai sebagian besar tergolong curam dan bentuk DAS yang memanjang. Bendung tetap yang ada, terbuat dari pasangan batu kali dengan konstruksi terjun miring dan mempunyai satu intake di sebelah kanan yang dilengkapi dengan dua buah pintu pengatur debit (pintu sorong) dan pintu pembilas.

Daerah Irigasi Tapin sebenarnya memiliki luas areal baku
± 5.472 Ha. Meliputi lahan belum tercetak seluas 2.417 Ha dan 3.055 Ha sudah bersarana irigasi. Dari areal yang bersarana irigasi tersebut (3.055 Ha) potensi terairi seluas 1.606 Ha saja. Dengan demikian masih ada areal sawah yang telah memiliki sarana dan prasarana irigasi namun masih belum dapat dilayani seluas ± 1.449 Ha. Hal ini dikarenakan debit andalan ternyata lebih kecil dari kebutuhan untuk air baku dan irigasi.